Sabtu, 07 Juli 2007

Menulis Membentuk Pribadi Sejahtera


  Menulis Membentuk Pribadi Sejahtera

Tak dapat dipungkiri oleh siapapun bahwa menulis bagi sebagian besar orang adalah merupakan kegiatan yang amat sangat sulit untuk dilakukan. Sehingga sedikit sekali orang yang menentukan pilihan sebagai penulis. Bahayanya, hal ini terjadi pada lingkungan/masyarakat pendidikan, seperti Sekolah dan Perguruan Tinggi, yang seharusnya menjadi komunitas pelopor atas bangkit dan berkembangnya kegiatan ini. Ini adalah merupakan fenomena yang harus dicermati oleh para penghuninya agar aktifitas menulis tidak menjadi semakin terkikis dan punah dari komunitas edukatif intelektual tersebut.
Begitu parahnya gairah menulis pada komunitas pendidikan, sampai-sampai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menelorkan Surat Keputusan Nomor: 025/O/1995 yang mengisyaratkan adanya kewajiban guru sebagai tenaga kependidikan yang telah menduduki jabatan fungsional sebagai guru pembina sampai dengan guru utama untuk melaksanakan pengembangan profesi yang berupa kegiatan karya tullis/karya ilmiah di bidang kependidikan. Surat Keputusan tersebut juga sebagai wujud keprihatinan yang mendalam atas rendahnya minat para guru di bidang tulis menulis serta sebagai upaya untuk menumbuhsuburkan kembali gairah menulis, khususnya karya tulis/ilmiah di kalangan para praktisi pendidikan, baik di sekolah-sekolah maupun di perguruan tinggi-perguruan tinggi.
Ya, menulis memang merupakan kegiatan yang sulit. Namun apabila didalami, menulis memiliki dampak yang sangat mendasar bagi sang penulis baik sebagai pribadi, lebih-lebih sebagai makhluk sosial. Menulis dapat mempengaruhi dan menyentuh dimensi spiritual sang penulis. Maka bagi seorang penulis, menulis dapat dirasakan dan dinikmati sebagai rekreasi spiritual, yakni suatu aktifitas kajian yang dapat menumbuhkan kesadaran pribadi atas pentingnya eksploitasi nilai-nilai spiritual dan norma-norma sosial serta kemurnian dan keindahan religius.
Rasa Syukur
Walau tidak berbeda dengan kegiatan lainnya yang merupakan ketrampilan belaka dan untuk mencapai tahapan terampil hanya membutuhkan latihan terus menerus, menulis bagi seorang penulis dimaknai lebih sebagai rahmat dan anugerah Illahi. Rahmat dan anugerah inilah yang memberikan energi dan semangat membara pada diri seorang penulis untuk terus menerus berkarya dalam wujud karya-karya tulisnya.
Sedangkan karya-karya tersebut merupakan perwujudan nyata penghambaannya sekaligus ungkapan rasa syukurnya kepada Sang Khaliq. Atas dasar itulah, sang penulis akan terus berkelana menggali dan mengangkat berbagai tanda-tanda kekuasaan Allah melalui kegiatan penginderaan di alam nyata maupun menyusuri alam imaginasi dan pengembangan penalaran serta logika. Sehingga seorang penulis sejati tidak akan pernah kehabisan stok bahan kajiannya. Karena pasti dia tidak ingin rasa syukurnya berhenti walau hanya sesaat.
Pengendalian Diri
Memilih dan menetapkan pilihan menjadi seorang penulis merupakan sebuah keputusan yang sangat bijaksana bagi setiap individu yang menginginkan setiap desah nafas hidupnya mewangi dan setiap jengkal langkahnya berhias dengan keindahan spiritual serta setiap kehadirannya bermakna dan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain dimana saja.
Disadari atau tidak, seiring dengan torehan ujung penanya, seorang penulis akan hanyut dalam irama nyanyian keindahan yang menggema di atas hamparan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Semakin jauh memasuki wilayah harmoni kehidupan sebagai penulis, semakin besar dan luas nilai-nilai kebenaran dan kebaikan itu menghunjam ke dalam hati sanubarinya. Nilai-nilai inilah yang kemudian membentuk dan membangun sebuah kepribadian yang lebih indah, lebih bijaksana dan lebih sejahtera.
Keindahan rasa menulis yang dapat dinikmati (diapresiasi) oleh sang penulis berbentuk peningkatan pemahaman terhadap nilai-nilai tersebut. Bahkan lebih dari itu, nilai-nilai kebenaran dan kebaikan tersebut mampu menuntun sang penulis kearah sinkronisasi antara nilai-nilai yang dituangkan kedalam karya-karyanya dengan pikiran, sikap, langkah dan wicaranya. Singkatnya, kegiatan menulis mampu mengikat erat pikiran, sikap, langkah dan wicaranya menyatu dengan aktifitas kesehariannya.
Ikatan inilah kemudian mengembang menjadi format pola pikir dan pola tindak yang semakin hari semakin menyadarkan sang penulis untuk selalu berusaha menyejahterakan pribadinya melalui pengkondisian situasi kebatinan yang sejuk dan menyejukkan orang lain dan tentunya para pembacanya.
Rendah Hati
Sinkronisasi tersebut memilki kemampuan untuk membangun fondasi sebuah sosok pribadi yang dengan sadar memberikan sambutan (welcome) terhadap kehadiran setiap individu lain yang mengekspos beraneka ragam ide, gagasan, perasaan dan sepak terjangnya. Baginya setiap individu memiliki dan membawa nilai-nilai kebaikan dan kebenaran masing-masing yang wajib diapresiasi dan dihormati. Sikap terbuka dan menerima atas siapa dan apapun yang datang menghampiri inderanya memberikan akses yang luas baginya untuk menangkap dan mengadopsi ide, gagasan, perasaan dan sepak terjang serta wawasan orang lain. Dan pasti sikap inilah yang akan mampu memperluas cakrawala wawasannya dalam mengamati setiap wujud dan sumber bahan kajian.
Sikap ini akan mengilhaminya untuk membangun dirinya menjadi sosok yang tidak mudah dan tidak ingin memaksakan kehendaknya terhadap orang lain walau hanya sekedar sebuah pendapat tentang sesuatu hal yang memiliki bobot ringan. Pada muaranya akan memberikan kesan positif, bersahabat, enak diajak bicara yang akan memberikan kenyamanan orang lain untuk menyampaikan buah pikirannya sebagai bahan mentah karya-karyanya.
Progresif
Kepemilikan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan pada berbagai bidang kehidupan pada diri seorang penulis akan menumbuhkan ketajaman indera atas berbagai nilai-nilai dan situasi serta kondisi yang berkembang di lingkungan sekitarnya. Kemudian akan memicu organ logikanya (otak) dan perasaannya untuk terus mengolahnya di dalam tungku intelektualitasnya. Keinginan seorang penulis untuk menawarkan gagasan yang lebih baik dan indah serta menyuguhkan solusi-solusi positif atas berbagai masalah dan ketimpangan yang bermunculan di ruang publik terus mewarnai angan dan pikirannya. Baginya, karya hari ini harus lebih indah dari kemarin. Pikirannya terus tercurahkan kepada produksi karya yang lebih baik di hari-hari mendatang.
Penutup
Keindahan dan kenikmatan aktifitas menulis tidak dapat diingkari hadirnya. Kepemilikan kemampuan menulis akan mengantarkan dan menemani sang penulis ke dalam hamparan situasi psikologis (kejiwaan) yang mampu memantapkan keyakinannya atas pemaknaan penciptaan dirinya oleh Allah sebagai rahmat bagi sesama hidup sebagai pengejawantahan kongkret atas terbangunnya pribadi yang sejahtera dan paripurna.

Tidak ada komentar: