Kamis, 25 Juli 2013

Membaca-Modal Utama Mengejar Ketertinggalan



Membaca
Modal Utama Mengejar Ketertinggalan

              
               Tak banyak orang memahami makna sebuah aktifitas membaca sebagai bagian dari seluruh rangkaian hidup dan kehidupan di dunia ini. Hal ini dikarenakan bahwa kegiatan membaca ini merupakan konsumsi otak semata yang akan memancarkan dampaknya secara tidak langsung dan membutuhkan waktu lama. Inilah yang mengakibatkan sedikit sekali orang yang menggemari kegiatan membaca.
               Apalagi pada jaman modern ini, setiap manusia terjangkit oleh sistem instan. Sehingga manusia menghendaki apapun yang mereka lakukan harus dapat menunjukkan hasilnya dalam waktu yang singkat. Namun harapan tersebut hanya dapat didapatkan pada urusan-urusan fisik. Dan tidak berlaku pada urusan-urusan yang berada di dalam wilayah keilmuan yang sering membutuhkan olah otak.
               Padahal, tanpa disadari, kegiatan membaca adalah perintah Tuhan. Sebagaimana dalam dunia Islam, perintah membaca tersebut disampaikan dalam bentuk wahyu/firman kepada Nabi Muhammad S.A.W. Bahkan perintah membaca ditempatkan pada urutan surat yang pertama yaitu Iqra’ (Bacalah). Tuhan meletakkan kegiatan membaca sebagai kegiatan yang sangat utama. Sehingga Tuhan menetapkan pilihanNya untuk menyampaikan perintah ini kepada seluruh umat manusia di segela jaman melalui seorang kekasihNya yang buta huruf  sekalipun.
               Begitu pentingnya aktifitas membaca bagi kesejahteraan dan kemakmuran manusia tidak hanya di alam nyata ini tetapi juga di alam akhirat nanti. Kesejahteraan dan kemakmuran hakiki hanya akan dapat diraih melalui kegiatan membaca. Tentu saja karena membaca adalah merupakan pintu gerbang ilmu. Dan sebagaimana firman Tuhan bahwa kesejahteraan dan kemakmuran seseorang manusia akan dapat dicapai dengan ilmu. Apabila manusia ingin mendapatkan dunia harus dengan ilmu dunia. Dan apabila manusia ingin mendapatkan akhorat harus dengan ilmu akhirat.
               The Founding Fathers bangsa Indonesia sangat memahami hal itu. Bahkan telah menterjemahkan perintah Tuhan tersebut ke dalam bagian penting pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai derajat cerdas tentu saja harus melalui kegiatan membaca yang berkesinambungan dan terus menerus. Namun  secara riil, kegiatan membaca masih jauh dari harapan. Dan pemerintah sering melupakan bahwa kegiatan membaca harus ditahtakan sebagai program fundamental dan krusial yang mendukung usaha-usaha mencerdaskan bangsa. Hal ini dapat dirasakan pada berbagai produk pemerintah, khususnya Departemen Pendidikan Nasional/dan Kebudayaan yang sama sekali tidak menyentuh eksklusifitas aktifitas membaca. Nihilnya usaha pemerintah untuk mentahtakan kegiatan membaca sebagai aktifitas utama dalam dunia pendidikan mengakibatkan rendahnya gairah membaca di kalangan para pelajar. Keadaan ini memiliki andil yang sangat besar atas tercapainya predikat bangsa Indonesia sebagai bangsa yang paling rendah minat membacanya, suatu predikat yang sangat memalukan bagi sebuah bangsa yang ingin mengejar ketertinggalannya dengan negara lain. Mungkinkah pengejaran ini dapat dilakukan tanpa membaca?

Menumbuhkan Gairah Membaca
               Tidak ada lagi cara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa ini kecuali hanya dengan mencari cara terbaik agar aktifitas membaca dapat digandrungi oleh seluruh generasi bangsa ini, khususnya para pelajar dan mahasiswa. Presiden harus berfikir cerdas dan memikirkan cara-cara  untuk membuat terobosan cerdas menciptakan suatu atmosfir gairah membaca di segenap jengkal wilayah Indonesia. . Berbagai penghargaan diprogramkan untuk dianugerahkan kepada para penulis dan pembaca berprestasi. Dan aktifitas lomba tulis dan baca dari tingkat nasional sampai tingkat sekolah harus terus menerus digelar. Begitu juga dengan pembangunan berbagai perpustakaan di berbagai tempat  harus pula diprogramkan. Penyediaan buku-buku baca menjadi prioritas pembangunan pendidikan nasional.
               Maka pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional harus mulai memikirkan mobilisasi dana yang cukup untuk membangun apresiasi masyarakat terhadap pentingnya kegiatan membaca sebagai suatu proyek bangsa yang utama dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Adalah sebuah keindahan apabila putra dan putri bangsa ini selalu membawa buku dan melakukan aktifitas membaca di setiap ruang dan waktunya.

Ikon Gerakan Membaca
               Adalah merupakan keniscayaan apibila kita generasi bangsa ini dan siapapun yang menghuni bumi ini mengetahui dan mengenal nama Raden Ajeng Kartini serta Presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno menganugerahkan predikat sebagai Pahlawan Nasional pada Peringatan Hari Kebangkitan Nasional 2 Mei 1962 apabila R.A. Kartini tidak pernah tergerak untuk menggoreskan ujung penanya ke atas lembar-lembar kertas yang kemudian berwujud surat-surat. Keberanian Kartini untuk menuangkan ide, gagasan, cita-cita dan perasaannya telah melambungkan namanya ke seluruha jagat raya ini. Hingga kebesaran namanya dikenal dan dikenang oleh siapapun.
               Namun perlu dipahami bahwa kemampuannya dalam aktifitas menulis tumbuh dan berkembang menjadi sebuah garis perjuangannya adalah disebabkan oleh kegemaran dan kecintaanya dalam kegiatan membaca. Dapatkah kita bayangkan bagaimana cara beliau membaca dan buku apa saja yang beliau baca sehingga menimbulkan kekuatan dahsyat yang mampu menggelorakan spirit perjuangan? Bagi kita itu tidaklah penting. Tetapi yang harus kita suritauladani adalah kecintaan dan kegemarannya membaca berbagai literatur (pustaka).
               Keteladanan Sang Pahlawan Nasional dalam kegiatan membaca sejatinya mengajarkan kepada kita segenap generasi bangsa Indonesia agar melakukan hal yang sama,. yaitu mencintai dan menggemari kegiatan membaca. Lebih dari itu, beliau telah menunjukkan bahwa kegiatan membaca itu merupakan kegiatan yang memilki nilai yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan bangsanya. Namun sayangnya, kita bangsa Indonesia mengenal R.A. Kartini hanya sebagai pelopor gerakan emansipasi wanita Indonesia, yang hanya kita peringati sekali dalam setahun dalam Peringatan Hari Kartini. Kita sadari bahwa peringat tersebut hanya terfokus pada perjuangan jender yaitu kemenangan kaum hawa semata.
               Sungguh, sebagai bangsa kita telah mengerdilkan makna kehadiran Ibu Kita Kartini dan perjuangannya, apabila kita memperingatinya hanya sebagai komandannya kaum hawa. Sedangkan dibalik keberhasilan beliau dalam memperjuangkan persamaan hak kaumnya dengan kaum pria, masih menyimpan suatu semangat yang lebih dahsyat dan memiliki jangkauan yang lebih luas. Aktifitas membaca dan menulisnya tidak hanya untuk kaum perempuan tetapi juga untuk kaum pria. Singkatnya,  aktifitas tersebut beliau lakukan untuk seluruh generasi bangsa ini.
               Selain itu, Kartini yang hidup pada jaman kolonial memberikan gambaran kepada kita semua bahwa membaca dan juga menulis merupakan kegaitan yang sangat penting bagi diri seseorang dan bangsanya. Inilah mungkin sebuah pesan yang terselubung dari seorang Kartini. Sedangkan kita yang hidup di jaman modern ini seakan-akan tidak menyadari akan pentingnya kegiatan tersebut. Sehingga pantas kiranya apabila bangsa Indonesia menjadi bangsa yang paling rendah minta bacanya.
               Maka dari itu, tepat kiranya apabila Nama Raden Ajeng Kartini, disamping sebagai Pahlawan Nasional dan pelopor gerakan emansipasi wanita Indonesia juga kita tahtakan sebagai Ikon Gerakan Nasional Membaca dan Menulis.

Kampanye Gerakan Membaca
               Membangkitkan dan menumbuhkan gairah gemar membaca harus dikobarkan di seluruh negeri ini. Dengan berbagai cara dan melibatkan segenap komponen bangsa, termasuk para pemimpin dan politisi, artis dan budayawan, pemuka agama dan cendekiawan,  pengarang buku dan praktisi pendidikan dan sebagainya. Begitu juga peran aktifnya segenap media masa, baik media tulis maupun media elektronika. Keikutsertaan media masa terutama televisi nasional dalam kampanye ini sangat diharapkan. Karena televisi memiliki daya pikat dan daya tarik yang sangat dahsyat khususnya kepada generasi muda. Pengaruh televisi terhadap perkembangan generasi muda kita sangat besar.
               Penyebaran virus demam membaca ini harus menyebar luas ke seluruh bagian tanah Pertiwi. Tidak hanya di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan tetapi juga di perkantoran-perkantoran dan tempat-tempat umum atau ruang publik. Tidak kalah pentingnya kegiatan ini wajib digelorakan di rumah-rumah warga dimana para pelajar dan mahasiswa berada.

Tidak ada komentar: