Membaca
Modal Utama Mengejar
Ketertinggalan
Tak banyak orang memahami makna
sebuah aktifitas membaca sebagai bagian dari seluruh rangkaian hidup dan
kehidupan di dunia ini. Hal ini dikarenakan bahwa kegiatan membaca ini
merupakan konsumsi otak semata yang akan memancarkan dampaknya secara tidak
langsung dan membutuhkan waktu lama. Inilah yang mengakibatkan sedikit sekali
orang yang menggemari kegiatan membaca.
Apalagi pada jaman modern ini,
setiap manusia terjangkit oleh sistem instan. Sehingga manusia menghendaki
apapun yang mereka lakukan harus dapat menunjukkan hasilnya dalam waktu yang
singkat. Namun harapan tersebut hanya dapat didapatkan pada urusan-urusan
fisik. Dan tidak berlaku pada urusan-urusan yang berada di dalam wilayah
keilmuan yang sering membutuhkan olah otak.
Padahal, tanpa disadari, kegiatan
membaca adalah perintah Tuhan. Sebagaimana dalam dunia Islam, perintah membaca
tersebut disampaikan dalam bentuk wahyu/firman kepada Nabi Muhammad S.A.W.
Bahkan perintah membaca ditempatkan pada urutan surat yang pertama yaitu Iqra’ (Bacalah).
Tuhan meletakkan kegiatan membaca sebagai kegiatan yang sangat utama. Sehingga
Tuhan menetapkan pilihanNya untuk menyampaikan perintah ini kepada seluruh umat
manusia di segela jaman melalui seorang kekasihNya yang buta huruf sekalipun.
Begitu pentingnya aktifitas
membaca bagi kesejahteraan dan kemakmuran manusia tidak hanya di alam nyata ini
tetapi juga di alam akhirat nanti. Kesejahteraan dan kemakmuran hakiki hanya
akan dapat diraih melalui kegiatan membaca. Tentu saja karena membaca adalah
merupakan pintu gerbang ilmu. Dan sebagaimana firman Tuhan bahwa kesejahteraan
dan kemakmuran seseorang manusia akan dapat dicapai dengan ilmu. Apabila
manusia ingin mendapatkan dunia harus dengan ilmu dunia. Dan apabila manusia
ingin mendapatkan akhorat harus dengan ilmu akhirat.
The Founding Fathers bangsa Indonesia sangat memahami hal itu.
Bahkan telah menterjemahkan perintah Tuhan tersebut ke dalam bagian penting
pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Untuk mencapai derajat cerdas tentu saja harus melalui kegiatan membaca yang
berkesinambungan dan terus menerus. Namun
secara riil, kegiatan membaca masih jauh dari harapan. Dan pemerintah
sering melupakan bahwa kegiatan membaca harus ditahtakan sebagai program
fundamental dan krusial yang mendukung usaha-usaha mencerdaskan bangsa. Hal ini
dapat dirasakan pada berbagai produk pemerintah, khususnya Departemen
Pendidikan Nasional/dan Kebudayaan yang sama sekali tidak menyentuh eksklusifitas
aktifitas membaca. Nihilnya usaha pemerintah untuk mentahtakan kegiatan membaca
sebagai aktifitas utama dalam dunia pendidikan mengakibatkan rendahnya gairah
membaca di kalangan para pelajar. Keadaan ini memiliki andil yang sangat besar
atas tercapainya predikat bangsa Indonesia sebagai bangsa yang
paling rendah minat membacanya, suatu predikat yang sangat memalukan bagi
sebuah bangsa yang ingin mengejar ketertinggalannya dengan negara lain.
Mungkinkah pengejaran ini dapat dilakukan tanpa membaca?
Menumbuhkan
Gairah Membaca
Tidak ada lagi cara untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa ini kecuali hanya dengan mencari cara terbaik
agar aktifitas membaca dapat digandrungi oleh seluruh generasi bangsa ini,
khususnya para pelajar dan mahasiswa. Presiden harus berfikir cerdas dan
memikirkan cara-cara untuk membuat
terobosan cerdas menciptakan suatu atmosfir gairah membaca di segenap jengkal
wilayah Indonesia.
. Berbagai penghargaan diprogramkan untuk dianugerahkan kepada para penulis dan
pembaca berprestasi. Dan aktifitas lomba tulis dan baca dari tingkat nasional
sampai tingkat sekolah harus terus menerus digelar. Begitu juga dengan
pembangunan berbagai perpustakaan di berbagai tempat harus pula diprogramkan. Penyediaan buku-buku
baca menjadi prioritas pembangunan pendidikan nasional.
Maka pemerintah melalui Departemen
Pendidikan Nasional harus mulai memikirkan mobilisasi dana yang cukup untuk
membangun apresiasi masyarakat terhadap pentingnya kegiatan membaca sebagai
suatu proyek bangsa yang utama dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Adalah sebuah keindahan apabila putra dan putri bangsa ini selalu membawa buku
dan melakukan aktifitas membaca di setiap ruang dan waktunya.
Ikon
Gerakan Membaca
Adalah merupakan keniscayaan
apibila kita generasi bangsa ini dan siapapun yang menghuni bumi ini mengetahui
dan mengenal nama Raden Ajeng Kartini serta Presiden pertama Republik Indonesia
Ir. Soekarno menganugerahkan predikat sebagai Pahlawan Nasional pada Peringatan
Hari Kebangkitan Nasional 2 Mei 1962 apabila R.A. Kartini tidak pernah tergerak
untuk menggoreskan ujung penanya ke atas lembar-lembar kertas yang kemudian
berwujud surat-surat. Keberanian Kartini untuk menuangkan ide, gagasan,
cita-cita dan perasaannya telah melambungkan namanya ke seluruha jagat raya
ini. Hingga kebesaran namanya dikenal dan dikenang oleh siapapun.
Namun perlu dipahami bahwa
kemampuannya dalam aktifitas menulis tumbuh dan berkembang menjadi sebuah garis
perjuangannya adalah disebabkan oleh kegemaran dan kecintaanya dalam kegiatan
membaca. Dapatkah kita bayangkan bagaimana cara beliau membaca dan buku apa
saja yang beliau baca sehingga menimbulkan kekuatan dahsyat yang mampu
menggelorakan spirit perjuangan? Bagi kita itu tidaklah penting. Tetapi yang
harus kita suritauladani adalah kecintaan dan kegemarannya membaca berbagai
literatur (pustaka).
Keteladanan Sang Pahlawan
Nasional dalam kegiatan membaca sejatinya mengajarkan kepada kita segenap
generasi bangsa Indonesia
agar melakukan hal yang sama,. yaitu mencintai dan menggemari kegiatan membaca.
Lebih dari itu, beliau telah menunjukkan bahwa kegiatan membaca itu merupakan
kegiatan yang memilki nilai yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan bangsanya.
Namun sayangnya, kita bangsa Indonesia
mengenal R.A. Kartini hanya sebagai pelopor gerakan emansipasi wanita Indonesia,
yang hanya kita peringati sekali dalam setahun dalam Peringatan Hari Kartini.
Kita sadari bahwa peringat tersebut hanya terfokus pada perjuangan jender yaitu
kemenangan kaum hawa semata.
Sungguh, sebagai bangsa kita
telah mengerdilkan makna kehadiran Ibu Kita Kartini dan perjuangannya, apabila
kita memperingatinya hanya sebagai komandannya kaum hawa. Sedangkan dibalik
keberhasilan beliau dalam memperjuangkan persamaan hak kaumnya dengan kaum
pria, masih menyimpan suatu semangat yang lebih dahsyat dan memiliki jangkauan
yang lebih luas. Aktifitas membaca dan menulisnya tidak hanya untuk kaum
perempuan tetapi juga untuk kaum pria. Singkatnya, aktifitas tersebut beliau lakukan untuk
seluruh generasi bangsa ini.
Selain itu, Kartini yang hidup
pada jaman kolonial memberikan gambaran kepada kita semua bahwa membaca dan
juga menulis merupakan kegaitan yang sangat penting bagi diri seseorang dan
bangsanya. Inilah mungkin sebuah pesan yang terselubung dari seorang Kartini.
Sedangkan kita yang hidup di jaman modern ini seakan-akan tidak menyadari akan
pentingnya kegiatan tersebut. Sehingga pantas kiranya apabila bangsa Indonesia
menjadi bangsa yang paling rendah minta bacanya.
Maka dari itu, tepat kiranya
apabila Nama Raden Ajeng Kartini, disamping sebagai Pahlawan Nasional dan
pelopor gerakan emansipasi wanita Indonesia juga kita tahtakan sebagai Ikon
Gerakan Nasional Membaca dan Menulis.
Kampanye
Gerakan Membaca
Membangkitkan dan menumbuhkan
gairah gemar membaca harus dikobarkan di seluruh negeri ini. Dengan berbagai
cara dan melibatkan segenap komponen bangsa, termasuk para pemimpin dan
politisi, artis dan budayawan, pemuka agama dan cendekiawan, pengarang buku dan praktisi pendidikan dan
sebagainya. Begitu juga peran aktifnya segenap media masa, baik media tulis
maupun media elektronika. Keikutsertaan media masa terutama televisi nasional
dalam kampanye ini sangat diharapkan. Karena televisi memiliki daya pikat dan
daya tarik yang sangat dahsyat khususnya kepada generasi muda. Pengaruh
televisi terhadap perkembangan generasi muda kita sangat besar.
Penyebaran virus demam membaca
ini harus menyebar luas ke seluruh bagian tanah Pertiwi. Tidak hanya di
sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan tetapi juga di perkantoran-perkantoran
dan tempat-tempat umum atau ruang publik. Tidak kalah pentingnya kegiatan ini
wajib digelorakan di rumah-rumah warga dimana para pelajar dan mahasiswa
berada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar