Menulis
Hidupkan Hidup
Kehadiran
seseorang di dalam wilayah dunia menulis dan atau sebaliknya kehadiran hasrat
aktifitas menulis di dalam diri seseorang pasti akan mengubah sifat dan sikap
dasar yang menjadi esensi bagi eksistensi dirinya. Keberadaan janin menulis
akan membangkitkan semangat dan sinergi serta gairah baru dalam memanfaatkan
setiap desah nafasnya, memaknai setiap jengkal langkahnya, merasakan setiap
sentuhan jemarinya, merekam setiap tatapan mata dan pendengarannya dan
mengekspresikan setiap perasaan dan imaginasi serta logikanya. Pengordinasian
setiap bagian tubuh menjadi semakin tumbuh serasi dan terpadu hingga
menimbulkan suatu harmoni.
Pemobilisasian setiap potensi yang bersarang di setiap sudut fisik dan
begitu juga pada sudut spiritual (kejiwaan) semakin berkembang menjadi kekuatan
(power) diri dalam mengekspresikan
talenta menulisnya dalam wujud karya-karya tulisnya.
Hal ini dikarenakan bahwa
aktifitas menulis menjanjikan penghargaan (reward)
yang kadang dapat membuat pelakunya (penulis) terbelalak matanya, bergetar
seluruh tubuhnya serta terkejut di atas alam sadarnya. Munculnya sebuah
penghargaan yang tak disangka-sangka datangnya dan dari siapa serta memicu
suatu kekaguman yang terucap “kok bisa?” merupakan fenomena asing bagi seorang
penulis pemula.
Namun dibalik pertanyaan, yang akan dapat terjawab
setelah seorang penulis tersebut mengantongi jam terbang di atas hamparan
wilayah menulisnya cukup, terselip adanya sebuah keyakinan bahwa ternyata
menulis sebagai sebuah aktifitas berkarya dapat membangkitkan, menggerakkan dan
memancarkan sebuah kekuatan dahsyat yang bersemayam di dalam tubuh seseorang.
Dahsyatnya “kekuatan” baru
sebagai efek penyerta dari aktifitas menulis tersebut mampu menumbuhsuburkan
semangat dan gairah baru bagi seorang penulis dalam mengarungi samudra
kehidupan yang membentang di hadapannya, terutama semangat dan gairah untuk
terus berkarya.
Memperkaya Wawasan
Bagi seorang penulis, aktifitas
menulis tak ubahnya kegiatan nyabu atau mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
Keduanya memiliki pengaruh dahsyat baik pada fisik atau tubuh maupun kejiwaan
pada sang pelaku, yaitu terjangkitnya sebuah situasi fisik dan kejiwaan yang
ingin terus menerus melakukan aktifitasnya (adiktif). Tentu saja ketertagihan seorang penulis untuk terus
menerus melakukan aktifitas menulisnya merupakan situasi fisik dan kejiwaan yang sangat-sangat positif dan layak
untuk terus digelorakan dan dikembangkan. Bahkan bila mampu dapat dijadikan sebagai
sebuah profesi utama.
Atas berkembangnya situasi
tersebut, maka seorang penulis akan selalu berada dalam bara semangat yang
berkobar-kobar dan tak berhasrat untuk menyurutkan, mengeleminasinya apalagi
menyingkirkannya dari lingkup wilayah
kehidupannya. Hingga berbagai perjalanan fisik di atas hamparan karya-karya
Tuhan ia lakukan. Begitu juga pengembaraan spirutual menyusuri alam khayalan
dan logikanya digelarnya untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi kekayaan
yang terpendam di dasar kehidupan diri dan lingkungannya. Pengembaraan
inilah kemudian dapat memperkaya dirinya
dengan berbagai macam fenomena kehidupan yang layak disebut sebagai ilmu-ilmu
kehidupan baru. Mereka inilah kemudian memperpanjang deratan gambaran berbagai
macam kejadian yang berisi pelajaran dan masalah serta memperkaya rumus-rumus pemecahan masalah (problem solving) atas masalah-masalah
tersebut. Jangkauan aktifitas dan nilai-nilai spiritual serta moralnya semakin
luas dan bahkan mampu menembus batas-batas logika.
Menumbuhkan
Optimisme
Kekayaan moral spiritual yang bersemayam di atas hamparan
ladang wawasan seorang penulis akan memberikan pengaruh yang luar biasa padanya.
Khususnya dalam memperlakukan pengalaman masa lalu yang terjadi pada diri dan
lingkungannya. Dan menapaki masa kini sebagai suatu kenyataan yang harus diterima
dengan sikap arif dan bijaksana. Serta melakukan berbagai pertimbangan atas
segala yang terjadi pada kedua bentang waktu tersebut sebagai dasar
pertimbangan untuk melakukan kiat-kiat dalam memprediksi dan mempreparasi atas
berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
Kekayaan
ini mampu memberikan kemantapan dan keindahan pola rasa, pola pikir dan pola
wicara serta pola tindak pada seorang penulis. Hingga ia mampu tumbuh dan
berkembang sebagai insan yang bisa memberikan kendali atas dirinya.
Terkendalinya diri menjadi jaminan atas halusnya rasa, putihnya hati,
sensitifnya pendengaran, tajamnya penglihatan, bijaksananya pengucapan,
mantapnya langkah dan harumnya aroma tubuh serta berkembangnya empati diri
terhadap lingkungannya.
Hal ini
dikarenakan bahwa hal-hal itulah yang selalu menjadi bahan kajian yang akan
diangkat sebagai buah karya-karyanya. Dan dengan hal-hal itu pula seorang
penulis melakukan aktifitas menulisnya. Itu semua akan selalu memberikan dan
menciptakan situasi kejiwaan yang mapan dan paripurna. Sehingga seorang penulis
selalu dalam kesadaran proporsional dalam menyikapi dan menapaki perjalanan hidup dan kehidupan serta
masalah-masalah yang mengiringinya, khususnya dalam melakukan interaksi di
tengah-tengah masyarakat luas.
Memperindah
Citra
Langkanya
penulis yang tumbuh di tengah-tengah publik, sebagai akibat minimnya kegiatan
pelatihan dan kurangnya penyuluhan tentang manfaat yang dapat diraih dari
kegiatan menulis dan prospeknya yang menjanjikan berbagai keindahan materi dan
spritual bagi sang pelaku (penulis), menumbuhkan image pretisius dan mengangkat seorang penulis sebagai predikat
yang eksklusif. Kesan eksklusifitas seorang penulis tidak dibangun oleh sang
penulis sendiri. Seorang penulis tidak akan pernah berfikir untuk mentahtakan
dirinya sebagai manusia yang lain dari pada yang lain. Baginya keindahan dan
kebahagiaan adalah sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya karya-karya yang ia
dapat suguhkan di hadapan publik. Predikat eksklusif dianugerahkan oleh
individu-individu yang berada di sekitarnya, terutama yang berkepentingan atas
ketrampilan menulisnya dan karya-karyanya.
Masyarakat
memandang seorang penulis sebagai suatu predikat yang memiliki tempat
tersendiri. Dibandingkan dengan predikat lainya, seorang penulis memiliki
kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang-orang lain. Hal ini terutama
disebabkan oleh kesan sulitnya menyusun kalimat-kalimat hingga membentuk sebuah
karya tulis yang mampu menumbuhkan berbagai macam perasaan masyarakat pembaca. Lebih
dari itu aktifitas menulis dirasakan sebagai aktifitas yang membutuhkan
ketrampilan khusus dan beberapa kemampuan, diantaranya keuketan diri, kemampuan
berbahasa, ketajaman indrawi dan keindahan rasa.
Atas
dasar itulah, predikat sebagai seorang penulis akan terus menjadi sosok yang
terancam sebagai sasaran masyarakat di sekitarnya untuk berbagai hal dan
masalah yang sedang berkembang di halaman publik serta yang erat hubungan
dengan aktifitas tulis menulis. Publik menganggap seorang penulis layak dijadikan
tumpuan dan tempat bertanya atas berbagai hal.
Penutup
Bagi
seorang penulis, menulis bukan saja sebagai suatu aktifitas yang memiliki nilai
kebanggaan dan keindahan diri tetapi juga merupakan sebuah jalur pengabdian
diri sekaligus sebagai ungkapan rasa pertanggungjawabannya terhadap publik.
Tentu saja hal ini ditumbuhkan oleh kesadarannya sebagai anggota masyarakat
yang memiliki tugas untuk ikut serta melakukan tindakan edukasi terhadap
masyarakat sebagai salah satu tugas bagi setiap anggota masyarakat.
Kesadaran
atas tuntutan itulah yang selalu mengiringi aktifitas sebagai seorang penulis.
Sehingga mampu mengobarkan semangat seorang penulis untuk eksis dalam jalur
pengabdiannya dan terus menurus berkarya.
Eksistensi seorang penulis ditentukan oleh kreatifitas dalam karyanya. Dan
proses kreatif itu adalah hidup. Maka hidup seorang penulis berwujud
karya-karyanya. Matinya seorang penulis adalah matinya karya-karyanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar