Kamis, 25 Juli 2013

Menulis Prestasi Membanggakan


Menulis
Prestasi Membanggakan

               Keputusan menteri Pendidikan dan kebudayaan RI NO. 025/O/1995 mengisyaratkan adanya kewajiban guru sebagai tenaga kependidikan yang telah menduduki jabatan fungsional sebagai guru pembina sampai dengan guru utama untuk melaksanakan pengembangan profesi sekurang-kurangnya 12 angka kredit yang berupa kegiatan karya tulis/ilmiah di bidang pendidikan.
               Keputusan ini seharusnya disambut dengan semangat keilmuan dan kesarjanaannya. Dapat pula dianggap sebagai kesempatan emas yang harus diapresiasi oleh setiap guru/ pendidik untuk secara terus menerus mengembangkan kemampuan dan ketrampilan tulis menulis dalam wujud karya tulis/ilmiah. Namun kenyataannya, sedikit sekali guru mampu menerima tantangan dan memanfaatkan kesempatan ini.
               Kemampuan menulis pastilah merupakan prestasi membanggakan dan tak dapat dielakkan atas hadirnya sebuah nilai spiritual yang tinggi apabila kita mampu menorehkan pena di atas selembar kertas. Begitu pentingnya nilai sebuah karya tulis/karya ilmiah sehingga untuk menuju ke arah itu dibutuhkan tekad kuat dan usaha ulet serta kemampuan untuk dapat mengkoordinasikan seluruh potensi yang dimiliki oleh individu. Diantaranya keuletan diri, kemampuan berbahasa, ketanjaman inderawi dan keindahan rasa.



Keuletan Diri
               Keuletan diri sangat dibutuhkan dalam merangkaikan kata-kata dan kalimat sebagai suatu kristalisasi sebuah ide dan gagasan yang bersemayam di dalam diri seorang penulis. Untaian kata dan kalimat harus dapat dipastikan memiliki dan mengandung makna sesuai dengan yang diangankan oleh si penulis. Lebih dari itu, secara utuh tulisan tersebut mampu mengantarkan atau mentrasfer pesan penulis kepada para pembaca (readers). Atas dasar inilah, seorang penulis harus memiliki kemampuan untuk memilih kata yang jitu agar pesan yang disampaikan tidak membias.
               Untuk itu, seorang penulis harus terus-menerus berusaha menggali, mengembangkan, dan memantapkan suasana kejiwaan yang ulet dalam melakukan eksperimen terhadap pengkodean ide dan gagasan dalam wujud kalimat yang bermakna.




Kemampuan Berbahasa
              
               Kegiatan menulis tentu saja berhubungan erat dengan kekuatan dan kemampuan berbahasa, terutama bahasa tulis (written language). Oleh karena itu, seorang penulis harus selalu mengedepankan perihal kebahasaan. Bagi seorang penulis, bahasa merupakan hal yang sangat krusial. Tentu saja, karena unsur bahasa merupakan media yang akan menjembatani antara sisi ide, gagasan, dan perasaan penulis dan para pembaca sebagai penerima (receivers).
               Apabila seorang penulis sudah memiliki kemampuan dalam melahirkan/mengekspresikan ide, gagasan, dan perasaannya ke dalam bentuk bahasa tulis, pertimbangan berikutnya adalah seorang penulis harus memiliki kemampuan untuk menyelaraskan bahasa yang dia aplikasikan dengan segmen masyarakat yang menjadi sasaran.


Ketajaman Inderawi

               Ide, gagasan, dan perasaan merupakan respon seorang penulis atas apa saja yang berada dan berkembang di sekitarnya dan kemudian diangkat oleh indera sang penulis. Lingkungan dapat dijadikan sumber tumbuh dan berkembangnya beraneka ragam ide, gagasan, dan perasaan. Maka panca indera seorang penulis harus selalu diasah agar memiliki ketajaman dalam mencermati adanya sumber ide, gagasan dan kemudian mengangklatnya ke dalam sebuah karya tulis.
               Mengasah ketajaman inderawi harus terus menerus dilakukan dengan berbagai cara, yakni membaca karya tulis/karya ilmiah. Aktifitas kajian literatur (pustaka) yang berisikan hasil karya penulis-penulis terdahulu akan memberikan pelajaran bagi seorang penulis mengenai banyak hal, diantaranya bagaimana suatu topik tertentu dapat diangkat dan dikembangkan.


Keindahan Rasa

               Menulis merupakan seni (the art of writing), dan seni adalah sebuah keindahan. Keindahan seni menulis merupakan wujud konkret dari sebuah rasa yang secara terus-menerus dipupuk sehingga menimbulkan keindahan cita rasa. Keindahan karya tulis yang dapat dirasakan baik oleh diri sang penulis (writer) maupun oleh para pembaca (readers) dapat dibangun dengan memadukan tiga hal berikut: keuletan diri, kemampuan berbahasa, dan ketajaman inderawi. Denga kata lain, keindahan rasa adalah buah dari kompilasi ketiga hal tersebut.


Penutup

               Sangat dimaklumi bahwa menulis merupakan kegiatan yang sulit dilakukan oleh sebagian besar guru atau praktisi pendidikan. Namun, seperti kegiatan lainnya, menulis adalah sebuah ketrampilan. Untuk mencapai sikap terampil dalam menulis, seseorang harus melakukan kegiatan menulis secara terus-menerus dalam konteks belajar dan belajar. Hingga pada suatu titik waktu tertentu, pasti dia akan merasa bahwa dirinya sudah sampai pada tataran yang terampil dan mantap dalam menulis, serta menemukan dirinya telah menjadi seorang penulis. Penemuan aksistensi (keberadaan) dan pengakuan serta penghargaan dirinya sebagai seorang penulis ini, akan muncul di saat dia mulai memberanikan diri untuk mengirimkan (memublikasikan) karya tulisnya ke suatu media massa (majalah, koran, dan jurnal). Tidak ada kebanggaan yang lebih tinggi bagi seorang penulis, kecuali saat karya tulisnya dimuat pada salah satu media massa.

Tidak ada komentar: