Menulis
Prestasi Membanggakan
Keputusan menteri Pendidikan dan
kebudayaan RI NO. 025/O/1995 mengisyaratkan adanya kewajiban guru sebagai
tenaga kependidikan yang telah menduduki jabatan fungsional sebagai guru
pembina sampai dengan guru utama untuk melaksanakan pengembangan profesi
sekurang-kurangnya 12 angka kredit yang berupa kegiatan karya tulis/ilmiah di
bidang pendidikan.
Keputusan ini seharusnya disambut dengan semangat
keilmuan dan kesarjanaannya. Dapat pula dianggap sebagai kesempatan emas yang
harus diapresiasi oleh setiap guru/ pendidik untuk secara terus menerus
mengembangkan kemampuan dan ketrampilan tulis menulis dalam wujud karya
tulis/ilmiah. Namun kenyataannya, sedikit sekali guru mampu menerima tantangan
dan memanfaatkan kesempatan ini.
Kemampuan menulis pastilah merupakan prestasi
membanggakan dan tak dapat dielakkan atas hadirnya sebuah nilai spiritual yang
tinggi apabila kita mampu menorehkan pena di atas selembar kertas. Begitu
pentingnya nilai sebuah karya tulis/karya ilmiah sehingga untuk menuju ke arah
itu dibutuhkan tekad kuat dan usaha ulet serta kemampuan untuk dapat
mengkoordinasikan seluruh potensi yang dimiliki oleh individu. Diantaranya
keuletan diri, kemampuan berbahasa, ketanjaman inderawi dan keindahan rasa.
Keuletan
Diri
Keuletan diri sangat dibutuhkan dalam merangkaikan
kata-kata dan kalimat sebagai suatu kristalisasi sebuah ide dan gagasan yang
bersemayam di dalam diri seorang penulis. Untaian kata dan kalimat harus dapat
dipastikan memiliki dan mengandung makna sesuai dengan yang diangankan oleh si
penulis. Lebih dari itu, secara utuh tulisan tersebut mampu mengantarkan atau
mentrasfer pesan penulis kepada para pembaca (readers). Atas dasar inilah, seorang penulis harus memiliki
kemampuan untuk memilih kata yang jitu agar pesan yang disampaikan tidak
membias.
Untuk itu, seorang penulis harus terus-menerus
berusaha menggali, mengembangkan, dan memantapkan suasana kejiwaan yang ulet
dalam melakukan eksperimen terhadap pengkodean ide dan gagasan dalam wujud
kalimat yang bermakna.
Kemampuan
Berbahasa
Kegiatan menulis tentu saja
berhubungan erat dengan kekuatan dan kemampuan berbahasa, terutama bahasa tulis
(written language). Oleh karena itu,
seorang penulis harus selalu mengedepankan perihal kebahasaan. Bagi seorang
penulis, bahasa merupakan hal yang sangat krusial. Tentu saja, karena unsur
bahasa merupakan media yang akan menjembatani antara sisi ide, gagasan, dan
perasaan penulis dan para pembaca sebagai penerima (receivers).
Apabila seorang penulis sudah memiliki kemampuan dalam
melahirkan/mengekspresikan ide, gagasan, dan perasaannya ke dalam bentuk bahasa
tulis, pertimbangan berikutnya adalah seorang penulis harus memiliki kemampuan
untuk menyelaraskan bahasa yang dia aplikasikan dengan segmen masyarakat yang
menjadi sasaran.
Ketajaman
Inderawi
Ide, gagasan, dan perasaan
merupakan respon seorang penulis atas apa saja yang berada dan berkembang di
sekitarnya dan kemudian diangkat oleh indera sang penulis. Lingkungan dapat
dijadikan sumber tumbuh dan berkembangnya beraneka ragam ide, gagasan, dan
perasaan. Maka panca indera seorang penulis harus selalu diasah agar memiliki
ketajaman dalam mencermati adanya sumber ide, gagasan dan kemudian
mengangklatnya ke dalam sebuah karya tulis.
Mengasah ketajaman inderawi harus terus menerus
dilakukan dengan berbagai cara, yakni membaca karya tulis/karya ilmiah.
Aktifitas kajian literatur (pustaka) yang berisikan hasil karya penulis-penulis
terdahulu akan memberikan pelajaran bagi seorang penulis mengenai banyak hal,
diantaranya bagaimana suatu topik tertentu dapat diangkat dan dikembangkan.
Keindahan
Rasa
Menulis merupakan seni (the art of writing), dan seni adalah
sebuah keindahan. Keindahan seni menulis merupakan wujud konkret dari sebuah
rasa yang secara terus-menerus dipupuk sehingga menimbulkan keindahan cita
rasa. Keindahan karya tulis yang dapat dirasakan baik oleh diri sang penulis (writer) maupun oleh para pembaca (readers) dapat dibangun dengan memadukan
tiga hal berikut: keuletan diri, kemampuan berbahasa, dan ketajaman inderawi.
Denga kata lain, keindahan rasa adalah buah dari kompilasi ketiga hal tersebut.
Penutup
Sangat dimaklumi bahwa
menulis merupakan kegiatan yang sulit dilakukan oleh sebagian besar guru atau
praktisi pendidikan. Namun, seperti kegiatan lainnya, menulis adalah sebuah
ketrampilan. Untuk mencapai sikap terampil dalam menulis, seseorang harus
melakukan kegiatan menulis secara terus-menerus dalam konteks belajar dan
belajar. Hingga pada suatu titik waktu tertentu, pasti dia akan merasa bahwa
dirinya sudah sampai pada tataran yang terampil dan mantap dalam menulis, serta
menemukan dirinya telah menjadi seorang penulis. Penemuan aksistensi
(keberadaan) dan pengakuan serta penghargaan dirinya sebagai seorang penulis
ini, akan muncul di saat dia mulai memberanikan diri untuk mengirimkan
(memublikasikan) karya tulisnya ke suatu media massa (majalah, koran, dan jurnal). Tidak ada
kebanggaan yang lebih tinggi bagi seorang penulis, kecuali saat karya tulisnya
dimuat pada salah satu media massa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar