Kamis, 25 Juli 2013

Menulis Itu Mudah


Menulis Itu Mudah



               Judul di atas dapat dipastikan akan menuai dan mengundang sikap dan respon yang beragam dari banyak orang dari berbagai macam kalangan, baik para guru, para dosen, para pelajar, para mahasiswa maupun masyarakat luas. Salah satunya adalah menganggap bahwa sang penulis sedang mengigau. Respon tersebut tumbuh dan berkembang atas dasar persepsi dan interpretasi yang salah mengenai aktifitas menulis. Masyarakat sudah terlanjur dan terjebak oleh pendapat yang mengatakan bahwa menulis itu merupakan kegiatan sulit dan rumit.
                Sikap tersebut sangat disayangkan. Karena akan selalu menjauhkan setiap anggota masyarakat dari aktifitas menulis. Hal ini telah menimbulkan dampak yang sangat fatal bagi tumbuhnya gairah menulis. Tentu saja karena persepsi dan interpretasi yang salah tersebut telah merasuk ke dalam pikiran dan hati sanubari secara turun temurun dari generasi ke generasi. Sikap ini sangat kontraproduktif dengan berbagai usaha kita sebagai bangsa yang ingin mencapai tujuan perjuangannya, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana yang tertera pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Apabila persepsi dan interpretasi salah itu tumbuh dan berkembang pada diri seorang guru atau dosen, maka pasti akan meracuni anak didiknya. Bila demikian halnya, maka kita tidak dapat lagi mengharapkan adanya keinginan menulis di kalangan para pelajar dan mahasiswa.
               Sedangkan aktifitas ini seharusnya selalu mendapatkan perhatian dan dikembangkan di setiap jenjang pendidikan, baik Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas/Kejuruan, Perguruan Tinggi, maupun di kalangan masyarakat luas. Pengembangan kegiatan menulis tersebut harus terus menerus digalakkan seiring dengan kampanye gerakan nasional membaca. Hal ini dikarenakan bahwa kegiatan menulis merupakan salah satu ketrampilan bahasa, baik bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa-Bahasa lainnya yang diajarkan di bangku sekolah.

Bukan Bakat
               Padahal menulis hanya merupakan kegiatan ketrampilan belaka. Kemampuan menulis seseorang dapat diraih apabila dia terampil. Dan terampilnya seseorang dalam menulis dapat diraih hanya dengan melatih dirinya setiap waktu. Persepsi dan interpretasi banyak orang tentang sulitnya menulis lebih dikarenakan oleh sikap yang tidak sabar dan tidak telaten. Orang menginginkan dapat menulis tanpa belajar dan berlatih. Mana mungkin hal itu bisa terjadi. Kemampuan menulis bukan merupakan kemampuan yang bersifat menurun dari orang tua kita. Kemampuan menulis juga bukan merupakan bakat yang terpendam di dalam hati dan pikiran kita. Namun kepemilikan kemampuan menulis merupakan wujud dari sebuah usaha keras dari seseorang yang memiliki keinginan yang sangat kuat dalam kegiatan menulis. Maka dengan didasari oleh sebuah keinginan untuk dapat menulis, seseorang dapat memulai berbagai usaha yang mengarah kepada terwujudnya sikap berlatih menulis. Ini berarti bahwa siapapun dan dari kalangan manapun memiliki kesempatan yang sama untuk dapat melakukan aktifitas menulis.
               Dengan menyadari bahwa kemampuan menulis harus dirintis dari serentetan kegaiatan belajar dan belajar, maka seseorang harus menerima sebuah konsep bahwa perolehan  kemampuan menulis adalah merupakan sebuah proses. Dan seseorang harus melewati serangkaian tahapan dalam belajar menulis.

Dari Yang Sederhana
               Adalah sebuah sikap yang sangat manusiawi apabila seseorang menginginkan sertiap yang diinginkannya dapat diraih  secara instan, yaitu dengan cara yang cepat dan mudah dilakukan serta secara langsung diperoleh hasil yang sebaik-baiknya. Namun tidak semua hal dapat didapat dengan cara instan. Diantaranya adalah kemampuan menulis dan menuangkan ide, gagasan dan perasaan. Kepemilikan kemampuan ini harus direngkuh dengan penuh kesabaran dan ketelatenan serta membutuhkan waktu yang cukup. Hal ini dikarenakan bahwa menulis merupakan ketrampilan yang harus dilatih secara terus menerus dan berkelanjutan. Apabila hal itu dilakukan oleh seseorang, maka kemampuan menulisnya pasti akan memperoleh peningkatan yang signifikan. Dalam artian bahwa semakin sering berlatih menuangkan ide, gagasan dan perasaan di atas selembar kertas, seseorang akan menuai ketrampilan menulis yang lebih cepat.
               Untuk mencapai hal itu, seseorang  harus memiliki sikap sabar yang cukup. Yang tidak kalah pentingnya adalah adanya kepemilikan persepsi dasar yaitu bahwa menulis itu berjalan pada tahapan-tahapan yang harus dilalui. Ketergesah-gesahan seorang penulis agar segera dapat memiliki ketrampilan kecepatan menuangkan ide, gagasan dan perasaannya adalah merupakan masalah yang harus selalu dihindari oleh seorang penulis. Karena pasti akan dapat menimbulkan stres yang justru akan membunuh hasrat/keingininan seseorang untuk merajut ketrampilan menulis.
               Oleh karena itu, seorang penulis harus memulai kegiatan menulisnya dengan hal-hal yang mudah untuk dituangkan dan sederhana untuk dipikirkan, seperti masalah-masalah yang mungkin muncul dari dalam diri dan lingkungan di sekitar sang penulis berada.

Sesuatu Yang Digemari
               Berbagai tema dan topik dapat dicurahkan ke dalam sebuah karya tulis. Dan itu semua dapat ditemukan di dalam diri dan lingkungan penulis. Karena, sebenarnya di dalam dirinya bersemayam berlaksa bibit karya yang dapat diangkat ke dalam berbagai karya. Seperti, kisah cintanya dengan si dia, kemampuannya mencipta dan membaca puisi, ketrampilannya dalam melipat kertas (origami), kecerdikannya meramal dan sebagainya. Begitu juga, lingkungan sekitar dimana penulis berada menyimpan beraneka data mati yang sangat mungkin untuk dihidupkan melalui kegiatan merangkai kata-kata dan menyusun kalimat-kalimat bermakna. Sebut saja, sampah dan pemulung, taman dan rerumputan, sungai dan burung pipit, lembah dan ngarai, gunung dan burung-burung dan sebagainya. Namun, penulis harus memilih tema/topik yang sangat digemari. Karena sesuatu yang digemari biasanya melekat di dalam diri dan pikirannya. Dan sesuatu yang dekat, secara psikologi akan dapat dicurahkan denga mudah dan lancar. Kemudahan dan kelancaran dalam mencurahkan berbagai ide dan gagasan serta perasaan akan senantiasa menimbulkan dan meningkatkan semangat untuk menciptakan karya.

Tidak Mudah Putus Asa
               Menulis bagaikan angin yang berhembus. Kadang keras sekeras badai. Kadang lembut membelai rasa. Dan kadang tidak bergerak sama sekali. Begitulah, aktifitas menulis. Kelancarannya senantiasa mengalami stagnasi, naik dan  turun. Ada masanya seorang penulis sangat bersemangat karena kata-kata dan kalimat-kalimat mengucur deras. Tidak jarang tersendat-sendat. Bahkan ide, gagasan dan perasaannya menyingkir entah kemana.
               Stagnasi dalam menulis adalah hal yang biasa terjadi. Sehingga seorang penulis tidak boleh menganggapnya sebagai suatu kegagalan. Karena itu bukan suatu kegagalan. Tapi hanya merupakan dinamika dalam menulis. Fenomena tersebut sangat dipengaruhi oleh situasi kejiwaan yang sedang berkembang di dalam diri sang penulis. Sehingga ungkapan “putus asa” harus dieliminasi dari kamus seorang penulis.

Siap Perekam
               Kadang penulis tidak perlu mencari-cari materi. Juga tidak butuh mengeksplorasi daya imaginasinya. Karena tanpa disadari olehnya sebuah inspirasi datangmelintas dan  menghampiri organ logika dan perasaannya secara tiba-tiba dan berada di luar kesadarannya. Sebegitu cepat lintasannya, sehingga cepat menghilang dari organ logikanya. Apabila tidak segera direkam dalam bentuk catatan maupun perekam suara, maka inspirasi tersebut akan sangat sulit untuk diingat kembali. Bahkan akan lenyap tanpa bekas. Jika ini terjadi, maka sebuah kerugian bagi seorang penulis. Menyadari nahwa hal itu akan sering terjadi, maka harus selalu disiapkan alat tulis dan alat perekan suara yang akan dapat digunakan untuk mendokumentasikan inspirasi tersebut.

Peka Pada Situasi
               Agar seorang penulis dapat terus berkarya, dia harus senantiasa menajamkan kepekaannya terhadap perasaan dan daya imajinasinya serta berbagai fenomena dan situasi yang berkembang di lingkungan sekitarnya. Kepekaan itu sangat dibutuhkan agar penulis dapat menangkap data-data liar yang berserakan di sekitarnya. Walau sekecil apapun.
              

Tidak ada komentar: